Home » SERBA-SERBI » SERBA SERBI KESEHATAN » Pemberian MP-ASI Turunkan Kekurangan Gizi Pada Anak

Pemberian MP-ASI Turunkan Kekurangan Gizi Pada Anak

Status kesehatan dan gizi anak terutama malnutrisi masih menjadi isu penting yang harus dihadapi Indonesia. Data Riskesdas 2018 menunjukkan proporsi kurang gizi, stunting dan wasting usia 6-23 bulan sebesar 11,4 persen, 30 persen and 11,7 persen. Sementara prevalensi stunting di pedesaan lebih tinggi yaitu 32,8 persen dibanding di perkotaan 27,4 persen.

Indonesia merupakan satu dari 36 negara di dunia dimana terdapat 90 persen anak mengalami stunting. Meskipun berbagai upaya sudah dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan gizi pada anak-anak, persentase stunting masih cukup tinggi dan data Kemenkes tahun 2013 menyebut mencapai 37 persen.

“Program penurunan angka stunting masih menjadi program pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat. Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan target global penurunan stunting anak-anak sebesar 40 persen di tahun 2025,” ujar Heni Hendriyani, SKM., MPH, dosen Poltekes Kemenkes Semarang, Senin (21/12).

Ia mengatakan hal itu saat menempuh ujian terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM. Mempertahankan disertasi Pengaruh Intervensi Praktik Pemberian MP-ASI Komprehensif Terhadap Self-Efficacy Ibu, Praktik Pemberian MP-ASI, Dietary Diversity, Asupan Makanan Dan Pertumbuhan Balita Usia 6 – 12 Bulan, promovenda didampingi dosen pembimbing Dr. Toto Sudargo S.K.M., M.Kes dan Dr. Siti Helmyati D.C.N., M.Kes serta Dr. Susetyowati D.C.N., M.Kes.

Melakukan ujian secara daring, Heni menyatakan penelitian yang ia lakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi praktik pemberian MP-ASI komprehensif terhadap peningkatan self-efficacy ibu, praktik pemberian MP-ASI, minimum dietary diversity (MDD), asupan makanan dan pertumbuhan Balita usia 6  12 bulan. Dari berbagai literatur, ia sepakat bila peran penting praktik pemberian makanan khususnya pemberian MP-ASI bersama dengan menyusui pada anak usia enam bulan ke atas mampu menurunkan angka kurang gizi dan kesakitan anak.

“Kurang gizi merupakan fenomena kompleks yang berakar dari berbagai faktor determinan termasuk kurang optimalnya praktik pemberian makan untuk bayi dan anak-anak. Kekurangan gizi pada anak-anak berakibat pada kemampuan anak bertahan saat sakit, perkembangan kognitif, produktivitas kerja serta konsekuensi kesehatan saat dewasa yang dapat mempengaruhi beban keuangan dan pertumbuhan ekonomi,” ucapnya mengutip pendapat Black tahun 2008.

Menurutnya, praktik pemberian makanan yang buruk, pemberian ASI kurang cukup, penggunaan susu formula anak secara berlebihan, pemberian makanan pelengkap secara dini dan kualitas buruk dan frekuensi pemberian makanan pelengkap setelah enam bulan, tidak disangsikan lagi berkontribusi kepada wasting dan stunting di Indonesia. Sedangkan praktik pemberian makanan secara buruk juga berkontribusi terhadap kekurangan atau defisiensi mikronutrien.

“Perilaku pemberian makan dan caranya dapat memengaruhi penerimaan makanan dan asupan gizi yang akan berdampak pada pertumbuhan. Karenanya perilaku pemberian makan oleh ibu atau pengasuh, khususnya keaktifan ibu menyemangati anak ketika makan, berhubungan dengan penerimaan makanan oleh anak. Untuk itu ibu atau pengasuh perlu memiliki skills dalam mengidentifikasi anak ketika lapar dan kenyang serta meresponnya dengan baik,” papar dosen jurusan gizi ini.

Heni mengungkapkan disertasi ini ditulis berdasar desain penelitian kuasi eksperimen dengan kelompok perlakuan dan kontrol yang diukur bersamaan saat sebelum dan sesudah perlakuan. Kelompok perlakuan sejumlah 83 orang dan kontrol 82 orang ibu dan balitanya usia 6-12 bulan di Kulon Progo Yogyakarta.

Dilakukan kunjungan rumah setiap dua minggu selama tiga bulan oleh enumerator. Data dikumpulkan dengan kuesioner, recall 24 jam penimbangan dan pengukuran panjang badan. Analisis data dengan uji Saphiro WilkMann Whitney, chi square dan Independent t-test dilakukan pula uji sequence equation model (SEM) dengan SmartPLS.

Dari penelitian yang dilakukan, Heni berkesimpulan masalah gizi anak pada usia awal kehidupan, khususnya usia saat diberikan MP-ASI, sangat dipengaruhi oleh praktik pemberian makanan oleh ibu atau pengasuh. Praktik pemberian MP-ASI meliputi aspek kuantitas dan kualitas.

Sementara itu, intervensi pada praktik pemberian MP-ASI yang sudah banyak dilakukan di Indonesia berfokus pada jenis dan kuantitas makanan yang diberikan. Faktor yang belum banyak menjadi perhatian dan dilakukan intervensi adalah keterampilan dalam menyiapkan MP-ASI (food preparation skills) yang akan berdampak pada kemampuan ibu untuk memberikan MP-ASI secara optimal yang sesuai dan juga memacu praktik pemberian makan yang aktif (responsive feeding).

“Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy dan praktik pemberian MP-ASI pada ibu yang diberi intervensi lebih baik sehingga kegiatan untuk menyosialisasikan praktik pemberian MP-ASI yang baik perlu dilakukan. Hal ini akan sangat bermanfaat bila dilakukan sedini mungkin terutama pada wanita usia produktif yang akan memiliki anak sehingga diharapkan mereka akan lebih siap dalam hal pemberian makan pada anaknya,” tandasnya.

Disclaimer: 

Untuk tujuan sarana edukasi dan penyebaran informasi .
artikel/gambar disalin dari:
https://www.ugm.ac.id/id/berita/20536-pemberian-mp-asi-bersama-turunkan-kekurangan-gizi-pada-anak

Archives